cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019" : 6 Documents clear
ANALISIS MUTU GULA TANJUNG DARI TIGA VARIETAS TEBU / Analysis of Tanjung Sugar Quality of Three Sugarcane Varieties Garusti, Garusti; Yogi, Yoga A.; Nurindah, Nurindah
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v25n2.2019.91-99

Abstract

Tanjung sugar usually called “semut” sugar, is brown sugarcane in the form of fine powder with water content lower than block sugar. Tanjung sugar can be used to replace white sugar. The process of making tanjung sugar followed a standard method. Analysis of tanjung sugar quality from different sugarcane varieties has never been reported. This study aimed to analyze the quality of tanjung sugar produced from sugarcane varieties PS 864, PS 862, and BL. This research was carried out in the Sugar Production Unit at the Muktiharjo Experimental Station, Pati from May to October 2018. The process of making tanjung sugar from the three sugarcane varieties included squeezing the juice with a pressing machine with a capacity of 0.5 tons/day (0.5 TCD), cooking the juice in a pan on the stove at the temperature of  90-1100C for 3-4 hours until the juice has thickened. Then cooling the thickened juice in a cold pan for 15-30 minutes, and lastly stirring it until the brown sugar became granules. The sugar quality-analyzed were the color, content, ash, sugar reduction, and sucrose content. Data obtained were analyzed using an independent t-test. The results showed that tanjung sugar made from sugarcane PS 862 variety was the best quality compared to those of  PS 864 and BL varieties. Tanjung sugar from varieties PS 862 had a light-brown color with a color index of 42.500, the water content of 3.90%, sucrose 87.10%, reducing sugar content of 4.40%, and ash content of 1.80%.Keywords: Brown sugar, sugarcane juice, sucrose, reducing sugar. AbstrakGula tanjung adalah gula merah tebu dalam bentuk serbuk halus dengan kadar air lebih rendah dari gula cetak, dan sering disebut gula semut. Gula tanjung ini dapat digunakan sebagai pengganti pemakaian gula pasir. Proses pembuatan gula tanjung mengikuti metode standar. Analisis mutu gula tanjung dari varietas tebu di daerah pengembangan belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu gula tanjung yang dihasilkan dari tebu varietas PS 864, PS 862 dan BL. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengolahan Gula Merah Tebu di Kebun Percobaan (KP) Muktiharjo, Pati pada Mei-Oktober 2018. Proses pembuatan gula tanjung dari ketiga varietas tebu tersebut meliputi pemerasan nira dengan mesin pemerah berkapasitas 0,5 ton/hari (0,5 TCD), dimasak dalam wajan di atas tungku dengan suhu bahan 90-110oC selama 3-4 jam sampai nira mengental. Pendinginan dalam wajan dingin dilakukan sampai nira lebih mengental (15-30 menit) dan pengadukan dilakukan sampai gula merah tebu menjadi butiran gula tanjung. Mutu gula tanjung yang dianalisis yaitu warna dengan metode ICUMSA, kadar air dengan metode oven, kadar abu dengan tanur, kadar gula pereduksi dan sukrosa dengan metode Luff Schoorl. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan independen t tes. Gula tanjung yang dibuat dari varietas tebu PS 862 mempunyai mutu terbaik dibandingkan varietas PS 864 dan BL. Gula tanjung dari tebu varietas PS 862 mempunyai warna coklat muda-tua dengan indeks warna 42.500, kadar air 3.90%, sukrosa 87.10%, kadar gula reduksi 4.40%, dan kadar abu 1.80%.Kata kunci:  Gula merah tebu, mutu nira, sukrosa, gula reduksi.
PENGUJIAN BAKTERI ENDOFIT TERHADAP EFISIENSI HARA PADA PERTUMBUHAN TANAMAN LADA DI LAMPUNG / The Evaluation of Endophytic Bacteria Application on Nutrient Efficiency of Black Pepper Growth in Lampung Gusmaini Gusmaini; Andriana Kartikawati; Hera Nurhayati
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v25n2.2019.100-107

Abstract

Black pepper (Piper nigrum L.) requires high nutrients to support its growth. The research was carried out to find an alternative way to reduce high nutrient requirements with the application of growth-promoting bacteria. The research was conducted at Natar Experimental Station, Lampung Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT), from January to December 2018. The study was undertaken in a randomized block design, arranged factorially, with 16 treatments and 3 replications. The first factor was endophytic bacteria application consisted of: without endophytic bacteria (B0), Ca2 endophytic bacterial isolates (B1), isolates combination A (Dj9 + Sa4 + Labt8 + Ldbp4) (B2), and isolates combination B (Sa8 + Sd10 + Labt1 + Ldbp9 (B3). The second factor was fertilizer application comprised of: without fertilizer (P0), 25% (P1), 50% (P2), and 75% (P3) of recommendation dosage (NPKMg: 12: 12: 17: 2). The recommended fertilizer dose was 200 kg/ha/year. The results showed that there was an interaction between endophytic bacteria and fertilizer in enhancing plant growth and NPK nutrient uptake of pepper at 11 months after planting. The combination of Ca2 endophytic bacteria and 75% NPK fertilizer recommendations enhanced plant growth by 19.5% for plant height, 34.3% for the number of nodes, and 16.8% for the number of branches, compared to that without endophytic bacteria application. However, the combination of B2 endophytic bacteria and 75% of NPK fertilizer recommendations showed the best result for biomass weight and nutrient uptake. Endophytic bacteria can improve the effectiveness of organic fertilizer usage to support sustainable agriculture.Keywords: Piper nigrum, nutrition, improvement, PGPB. AbstrakLada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman yang memerlukan hara cukup tinggi untuk pertumbuhannya. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pemberian hara yang cukup tinggi yaitu dengan memberikan bakteri pemicu pertumbuhan. Penelitian telah dilakukan di Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung, dimulai dari bulan Januari-Desember 2018. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, faktorial, 16 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari faktor pertama penggunaan bakteri endofit yaitu; tanpa bakteri endofit (B0), isolat bakteri endofit Ca2 (B1), isolat kombinasi A (Dj9+Sa4+Labt8+Ldbp4) (B2), dan isolat kombinasi B (Sa8+Sd10+Labt1+Ldbp9) (B3). Faktor kedua pemupukan anorganik yaitu; tanpa pupuk (P0), 25% (P1), 50% (P2), dan 75% (P3) dosis rekomendasi (NPKMg: 12:12:17:2). Dosis rekomendasi adalah 200 kg/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi antara bakteri endofit dan pupuk terhadap peningkatan pertumbuhan, dan serapan hara NPK pada tanaman lada berumur 11 bulan setelah tanam. Pemberian bakteri endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman 19,5%, jumlah ruas 34,3%, dan jumlah cabang 16,8% pada kombinasi bakteri endofit B1 dibandingkan tanaman tanpa pemberian bakteri endofit dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Namun kombinasi perlakuan terbaik untuk bobot biomas dan serapan hara adalah pada kombinasi perlakuan bakteri endofit B2 dan 75% rekomendasi pupuk NPK. Bakteri endofit dapat berfungsi sebagai pupuk hayati dan dapat mengefisienkan penggunaan pupuk buatan untuk pertanian berkelanjutan.Kata kunci: Piper nigrum, nutrisi, peningkatan,PGPB.
IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN KELAPA SAWIT DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG / Identification of Understoreys at Palm Oil Stands and their Utilization for Beef Cattle Feed Jhon Firison; Wiryono Wiryono; Bieng Brata; Andi Ishak
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n2.2019.59-68

Abstract

The presumption that understoreys at palm oil stands are weeds is not entirely true because the understoreys can be potentially used as beef cattle feed. The study aimed to identify the types of understorey at palm oil stands, to determine the dominant species, and to calculate the understorey biomass potential for beef cattle feed. The study was conducted in Kungkai Baru Village, Air Periukan Subdistrict, Seluma Regency, Bengkulu Province from July to September 2018. Data were obtained by using a 1mx1m method. Samples were taken from 2, 7, and 15 years old palm oil stands for 26 plots, then they were identified and dried to obtain dry ingredients. The level of beef cattle preference to understoreys was found out based on the results of the interviews with 5 farmers. The data were analyzed descriptively. The results of the study concluded that (1) there were 53 species of understoreys at the oil palm stands consisting of 46 genera and 29 families; (2) the Poaceae family was the most important understoreys at the oil palm stands; and (3) there were 20 understorey species which were potential for beef cattle feed at the oil palm stands. The understorey biomass decreased along with the increasing age of palm oil stands, which was 8845.1 kg/ha at the stands aged two years, 5445.4 kg/ha at 7 years, and 4317.4 kg/ha at 15 years. The study indicates that understorey species at palm oil stands are potential for beef cattle feed.Keywords: Biomass,  animal preference level, Poaceae family AbstrakAnggapan bahwa jenis tumbuhan bawah sebagai gulma pada kelapa sawit tidaklah sepenuhnya benar karena tumbuhan bawah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi potong. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit, menentukan dominasi jenis, dan menghitung biomassa tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan ternak sapi potong. Penelitian dilakukan di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu pada bulan Juli sampai dengan September 2018. Pengumpulan data dilakukan metode kuadrat ukuran 1m x 1m. Sampel tumbuhan bawah diambil sebanyak 26 plot pada umur tegakan 2, 7, dan 15 tahun, selanjutnya diidentifikasi dan dikeringkan untuk mendapatkan bahan keringnya. Tingkat kesukaan ternak sapi potong terhadap tumbuhan bawah diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang peternak. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) terdapat 53 jenis tumbuhan bawah pada seluruh tegakan kelapa sawit yang terdiri atas 46 genus dan 29 famili; (2) famili Poaceae merupakan tumbuhan bawah terpenting pada tegakan kelapa sawit; (3) terdapat 20 jenis tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan ternak sapi potong pada tegakan kelapa sawit yang biomassanya semakin menurun dengan bertambahnya umur tegakan, yaitu 8.845,1 kg/ha pada umur tegakan 2 tahun, 5.445,4 kg/ha pada umur tegakan 7 tahun, dan 4.317,4 kg/ha pada umur tegakan 15 tahun.  Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit berpotensi sebagai sumber pakan ternak sapi.Kata kunci:Biomassa,  tingkat kesukaan ternak, family Poaceae.
SIDIK LINTAS KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF KELAPA DALAM DI DAERAH PASANG SURUT JAMBI / Path Coefficient Analysis of Vegetative and Generative Characters of Tall Coconut in Tidal Swamp Area of Jambi Miftahorrachman Miftahorrachman; Muhammad Roiyan Romadhon; Jeanette Kumaunang; Ismail Maskromo
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n2.2019.81-90

Abstract

Coconut improvement programs require knowledge of the effect of morphological characters on the coconut yield. The study aimed to determine the effects of fourteen morphological characters on the production of coconut meat character on Kampung Laut and Pengabuan tall coconut. This study was conducted in Kampung Laut and Pengabuan Villages, Jambi Province. Correlation analysis among 15 characters of vegetative, generative, and fruit components used the Walpole formula (1992). Fourteen characters affecting meat production were analyzed by using Path analysis of Singh and Chaudary formula following the R i386 3.5.2 software package in the Agricole package. Correlation analysis resulted in the characters of the number of leaves, number of bunches, number of fruits, polar circumference of fruit, weight of unhusked fruit, equatorial circumference of nut, and weight of endosperm correlated with the production of endosperm, on Kampung Laut tall coconut, while Pengabuan tall coconut have number of fruits, equatorial circumference of nut, and weight of endosperm. The results of path analysis showed that the characters of the number of bunches, number of fruits, and weight of endosperm had a significant direct effect on the production of endosperm on the Kampung Laut tall coconut. While on the Pengabuan tall coconut, only the fruits number and endosperm weight affected the endosperm production. The study indicates that the number of bunches, number of fruits, and weight of endosperm can be used as selection criteria to increase the production of the endosperm of the Kampung Laut and Pangabuan tall coconut.Keywords:   Morphological characters, correlation, fruit components, selection AbstrakProgram perbaikan tanaman kelapa membutuhkan pengetahuan tentang pengaruh karakter morfologi terhadap hasil. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung 14 karakter morfologi terhadap produksi daging buah kelapa Dalam Pengabuan dan kelapa Dalam Kampung Laut asal Propinsi Jambi. Penelitian dilakukan di Desa Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur dan Desa Pengabuan, Tanjung Jabung Barat, Propinsi Jambi pada tahun 2017. Analisis korelasi antar 15 karakter vegetatif, generatif, dan komponen buah menggunakan rumus Walpole (1992). Analisis sidik lintas 14 karakter vegetatif, generatif serta komponen buah terhadap karakter produksi daging buah per pohon per tahun, menggunakan rumus dari Singh dan Chaudary. Kedua analisis tersebut menggunakan program software R i386 3.5.2 package Agricole. Hasil Analisis korelasi menunjukkan karakter-karakter jumlah daun, jumlah tandan, jumlah buah, lingkar polar buah utuh, bobot buah tanpa sabut, lingkar equatorial biji, dan bobot daging buah berkorelasi dengan produksi daging buah, untuk kelapa Dalam Kampung Laut, sedangkan untuk kelapa Dalam Pengabuan adalah jumlah buah, lingkar equatorial biji, dan bobot daging buah. Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa karakter jumlah tandan, jumlah buah, dan bobot daging buah berpengaruh langsung secara nyata terhadap karakter produksi daging buah untuk kelapa Dalam Kampung Laut, sedangkan untuk kelapa Dalam Pangabuan hanya dua karakter yang berpengaruh langsung terhadap produksi daging buah, yaitu karakter jumlah buah dan bobot daging buah. Hasil penelitian mengindikasika bahwa karakter jumlah tandan, jumlah buah, dan bobot daging buah dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi untuk peningkatan produksi daging buah kelapa Dalam Kampung Laut dan kelapa Dalam Pengabuan.Kata kunci: karakter morfologi, korelasi, komponen buah, produksi kelapa, seleksi.
INOVASI TEKNOLOGI DAN INOVASI KELEMBAGAAN MENDUKUNG KEBERLANJUTAN USAHATANI LADA DI KALIMANTAN TIMUR / Technology and Institution Innovation Supporting the Sustainability of Pepper Farming System in East Kalimantan Agus Wahyudi; Suci Wulandari
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v25n2.2019.108-124

Abstract

Pepper farming in East Kalimantan has faced many obstacles. It is shown by the decline in pepper production in the last five years and the pepper conversion. This condition will affect the sustainability of pepper farming in East Kalimantan, as one of the national white pepper centers. Consequently, it is important to analyze and to establish a technology and institutional innovations. The study aimed to: (1) measure and analyze the sustainability of pepper farming, (2) identify technology innovation, (3) map the opportunities for adoption, and (4) develop institutional innovation and support system. The sustainability analysis of farming was done using weighting and rating methods. Data were collected in Kutai Kertanegara Regency, East Kalimantan in 2016. Results showed that the sustainability level of pepper farming is 3.0062, in the good category, but with a very low value. The environmental aspects provided the greatest value of the contribution to sustainability, followed by economic aspects and social aspects. Technology innovation was needed to overcome the problems. Nevertheless, technology adoption was relatively low. This was influenced by several factors, such as economic factors namely costs and income, social factors namely institutions and facilities support, and technological factors namely suitability and ease of implementation. Therefore, technology innovation needs to be supported by institutional innovation. The types of institutional innovations consist of: (1) establishment of working groups, (2) development of Seed Self-Reliance Region, (3) regulations related to quality standards and monitoring mechanisms, and (4) joint sales, as well as supporting facility to accelerate innovation adoption.Keyword: sustainability index, technology adoption, economic, support facilities. AbstrakUsahatani lada di Kalimantan Timur masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, yang ditunjukkan oleh penurunan kemampuan produksi setelah lima tahun dan adanya konversi usahatani dari lada menjadi komoditas lain. Hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan usahatani lada di Kalimantan Timur sebagai salah satu sentra lada putih nasional. Oleh karena itu penting untuk dianalisis dan disusun inovasi teknologi dan kelembagaan untuk mengatasinya. Kajian bertujuan untuk (1) mengukur dan menganalisis keberlanjutan usahatani lada, (2) identifikasi inovasi teknologi, (3) pemetaan peluang adopsi, serta (4) menyusun inovasi kelembagaan dan dukungan bagi peningkatan adopsi inovasi. Analisis keberlanjutan usahatani dilakukan dengan menggunakan metode weighting dan rating. Pengambilan data dilakukan di Kabupaten Kutai Kertanegara Kalimantan Timur pada tahun 2016. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat keberlanjutan usahatani lada memiliki nilai 3,0062 masuk kategori baik, namun dengan nilai sangat rendah pada kelas tersebut. Aspek lingkungan memberikan nilai kontribusi terbesar terhadap keberlanjutan, diikuti dengan aspek ekonomi dan aspek sosial. Inovasi teknologi diperlukan untuk mengatasi permasalahan sehingga terbangun keberlanjutan usahatani lada. Secara umum, peluang adopsi teknologi masih relatif rendah.  Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi yaitu dari sisi biaya dan pendapatan, faktor sosial yaitu kelembagaan dan dukungan fasilitas, serta faktor teknologi yaitu kesesuaian dan kemudahan dalam menerapkan teknologi. Oleh karena itu inovasi teknologi perlu didukung dengan inovasi kelembagaan. Jenis inovasi kelembagaan bagi peningkatan keberlanjutan usahatani lada yaitu: (1) pembentukan kelompok kerja, (2) pengembangan desa mandiri benih, (3) regulasi terkait standar mutu dan mekanisme pengawasan, serta (4) penjualan bersama, Selain itu juga perlu dukungan fasilitas untuk mempercepat adopsi inovasi.Kata kunci: indeks keberlanjutan, adopsi teknologi, ekonomi, fasilitas pendukung.
SUSTAINABILITY OF TEMANGGUNG COFFEE FARMING SYSTEM IN THE PERSPECTIVE OF GEOGRAPHICAL INDICATIONS I Ketut Ardana
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v25n2.2019.69-80

Abstract

Geographical Indications (GIs) certificate is required to protect specific flavors of crops in the given region. The study aimed to analyze the sustainability of the coffee farming system basis of Sindoro-Sumbing Java Arabica Coffee and Temanggung Robusta Coffee from the perspective of GIs protection. The study used survey methods with data collection techniques: (1) literature studies, interviews, and discussions with stakeholders, and (2) observation of the application of coffee cultivation and processing. The analytical methods used were (1) analysis of technical and institutional performance, and economic benefits with cross-tabulation and descriptive interpretation, and (2) analysis of the sustainability of coffee farming system using a multidimensional scaling approach. The results showed that the management of coffee farming in the Temanggung Regency was quite sustainable from the perspective of GIs protection with an index value of 66.88. The six dimensions of sustainability, showing fairly sustainable performance with an index of 59.22-74.99. This indicated that a comprehensive improvement is required to sustain the GI protection in Temanggung Regency, i.e., ecology, economy, ethics, institutions, social, and technology. Sensitive lever factors to improve the performance of each dimension are (1) adaptation to climate influence, land conservation, and cropping patterns for ecological dimensions, (2) commodity alternatives and price stability for economic dimensions, (3) logo inclusion on packaging, environmental maintenance, and the authenticity of products for ethical dimensions, (4) optimizing the role of GIPC for institutional dimensions, (5) involvement of stakeholders in the social dimension, and (6) improvements in harvesting methods for technological dimensions.Keywords:   Lever factors, arabica coffee, robusta coffee AbstrakSertifikat Indikasi Geografis (GI) diperlukan untuk melindungi rasa tanaman tertentu di wilayah tertentu. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2017 hingga Mei 2018, bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usahatani kopi Arabika Java Sindoro-Sumbing dan Kopi Robusta Temanggung dalam perspektif perlindungan IG menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data: (1) studi pustaka, wawancara dan diskusi dengan pemangku kepentingan, dan (2) observasi penerapan budidaya dan pengolahan kopi. Metode analisis yang digunakan meliputi: (1) Analisis kinerja teknis,  kelembagaan, dan manfaat ekonomi dengan tabulasi silang dan interpretasi secara deskriptif, dan (2) Analisis keberlanjutan menggunakan pendekatan multidimensional scaling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan usahatani kopi di Kabupaten Temanggung cukup berkelanjutan dari perspektif perlindungan IG dengan nilai indeks 66,88. Keenam dimensi keberlanjutan, menunjukkan kinerja cukup berkelanjutan dengan indeks 59,22-74,99 mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan keberlanjutan perlindungan IG kopi di Kabupaten Temanggung masih perlu perbaikan pada dimensi ekologi, ekonomi, etika, kelembagaan, sosial, dan teknologi. Faktor pengungkit yang sensitif untuk memperbaiki kinerja masing-masing dimensi adalah: (1) adaptasi terhadap pengaruh iklim, konservasi lahan, dan pola tanam untuk dimensi ekologi, (2) alternatif komoditas dan stabilitas harga untuk dimensi ekonomi, (3) pencantuman logo pada kemasan, mitigasi lingkungan, dan keaslian produk untuk dimensi etika, (4) mengoptimalkan peran MPIG untuk dimensi kelembagaan, (5) soliditas komunitas “Sahabat Kopi” dan keterlibatan stakeholder untuk dimensi sosial, serta (6) perbaikan cara panen untuk dimensi teknologi.Kata kunci: faktor pengungkit, keberlanjutan, kopi arabika, kopi robusta, indikasi geografis.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue